Resensi Buku - IDRIS SARDI, Perjalanan Maestro Biola Indonesia
Perjalanan MAESTRO BIOLA INDONESIA
Kemana pun pergi gendang suara telinga kita
Apabila masih dengan biola ada urusannya
500 musik dan teater, 900 aransemen banyaknya
Maka dengan Idris Sardi pasti kita bertemunya
Bagaimana bunyi dawai itu kok bisa jadi semacam sihir yang mencekam
Mengiris menyayat perasaan, air mata menitik diam-diam
Tapi juga kepala bisa bergoyang kiri dan kanan karena riang
….
Penggalan puisi yang sengaja Taufiq Ismail sampaikan khusus untuk Sang Maestro Biola, yang dikutip dalam buku ini. Barangkali bila kita berbicara biola, ingatan kita tertuju pada Idris Sardi. Ya, Idris Sardi, yang lahir di Batavia, Hindia Belanda (sekarang Jakarta), 7 Juni 1938 adalah seorang pemain biola Indonesia. Dia adalah anak dari pemain biola Orkes RRI Studio Jakarta, Mas Sardi.
Tapi sebelum menapak di tangga tertinggi sebagai Maestro Biola Indonesia, mungkin tak ada yang menyangka, ternyata masa kanak-kanak Idris Sardi jauh dari kata bahagia. Ia “menggadaikan” masa kecil untuk satu cinta pada biola. Bahkan, Suka Hardjana, salah seorang sahabat Idris, sampai menyebutkan bahwa Idris Sardi tak punya masa kanak-kanak.
Idris Sardi sendiri sering menjuluki fase hidup masa kecilnya yang berat dengan istilah seperti di “lumpur becek”. Bahkan, Idris kecil sempat merasa seperti anak pungut karena didikan ayahnya yang penuh disiplin. Aneh memang, keras dan tegasnya sang ayah itu hanya ditujukan padanya seorang, tidak pada adik-adiknya.
Buku biografi Idris Sardi: Perjalanan Maestro Biola Indonesia yang ditulis Fadli Zon ini bercerita dari awal sampai dengan kehidupannya sekarang (75 tahun). Biografi ini bercerita dari masa kelahiran, kemudian kanak-kanak. Penemuan bakat besar bermusik Idris Sardi masa kanak-kanak yang ditemukan oleh sang guru utama musiknya, sekaligus juga ayahnya sendiri, Mas Sardi. Selanjutnya, masa remajanya, yang juga terampas karena ditinggal untuk selama-lamanya oleh ayahandanya tercinta.
Di usianya yang 15 tahun, dia mendapat cobaan yang begitu besar. Meskipun sang ayah berlaku kasar dan sangat disiplin, tapi dia merasakan kehilangan yang mendalam. Sebagai anak sulung, serta-merta beban ekonomi keluarga berpindah ke pundaknya. Ia masih terlalu muda untuk menjadi tulang punggung keluarga, menghidupi ibu serta tujuh orang adiknya.
Tapi memang, cobaan dan masalah yang dia hadapi telah membuatnya lebih kuat dan tegar, dibandingkan orang yang terus senang dan tak mengalami hal-hal yang menyakitkan. Pun, cerita tentang pertemuan beliau dengan Zerlita (yang dicomblangi alm Bing Slamet), ibu dari tiga buah hatinya yang berbakat di dunia akting dan musik, Santi Sardi, Lukman Sardi, dan Ajeng Sardi. Di biografi ini juga, beliau menceritakan tentang “kegagalan berumah tangga” dengan Marini Zumarnis. Alih-alih menyalahkan orang lain, malah beliau merasa dialah yang bersalah, Dia merasa tak mampu menjaga istri dan keutuhan keluarganya dengan baik.
“Semoga biografi ini bisa bermanfaat buat negeri dan bangsa ini, juga kelak untuk cucu-cucu dan keturunan selanjutnya,” Santi Sardi. Dan memang, sejarah telah membuktikan dan juga menyaksikan sampai di usianya yang sudah 75 tahun ini, Idris Sardi, adalah nama besar dalam perjalanan musik Indonesia. Seorang jenius yang menjadi legenda hidup. Jejak langkahnya begitu panjang terserak dalam sejarah.
Judul : IDRIS SARDI, Perjalanan Maestro Biola Indonesia
Penulis : Fadli Zon
Diterbitkan : Fadli Zon Library
Cetakan Pertama : 2013
Tebal : 356 halaman
ISBN : 978-602-994458-8-1
Jenis Cover : Hard Cover
Dimensi : 24 x 30,5 cm
(Suro Prapanca)
Bandung, 18 Oktober 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 20 Oktober 2013
Kemana pun pergi gendang suara telinga kita
Apabila masih dengan biola ada urusannya
500 musik dan teater, 900 aransemen banyaknya
Maka dengan Idris Sardi pasti kita bertemunya
Bagaimana bunyi dawai itu kok bisa jadi semacam sihir yang mencekam
Mengiris menyayat perasaan, air mata menitik diam-diam
Tapi juga kepala bisa bergoyang kiri dan kanan karena riang
….
Penggalan puisi yang sengaja Taufiq Ismail sampaikan khusus untuk Sang Maestro Biola, yang dikutip dalam buku ini. Barangkali bila kita berbicara biola, ingatan kita tertuju pada Idris Sardi. Ya, Idris Sardi, yang lahir di Batavia, Hindia Belanda (sekarang Jakarta), 7 Juni 1938 adalah seorang pemain biola Indonesia. Dia adalah anak dari pemain biola Orkes RRI Studio Jakarta, Mas Sardi.
Tapi sebelum menapak di tangga tertinggi sebagai Maestro Biola Indonesia, mungkin tak ada yang menyangka, ternyata masa kanak-kanak Idris Sardi jauh dari kata bahagia. Ia “menggadaikan” masa kecil untuk satu cinta pada biola. Bahkan, Suka Hardjana, salah seorang sahabat Idris, sampai menyebutkan bahwa Idris Sardi tak punya masa kanak-kanak.
Idris Sardi sendiri sering menjuluki fase hidup masa kecilnya yang berat dengan istilah seperti di “lumpur becek”. Bahkan, Idris kecil sempat merasa seperti anak pungut karena didikan ayahnya yang penuh disiplin. Aneh memang, keras dan tegasnya sang ayah itu hanya ditujukan padanya seorang, tidak pada adik-adiknya.
Buku biografi Idris Sardi: Perjalanan Maestro Biola Indonesia yang ditulis Fadli Zon ini bercerita dari awal sampai dengan kehidupannya sekarang (75 tahun). Biografi ini bercerita dari masa kelahiran, kemudian kanak-kanak. Penemuan bakat besar bermusik Idris Sardi masa kanak-kanak yang ditemukan oleh sang guru utama musiknya, sekaligus juga ayahnya sendiri, Mas Sardi. Selanjutnya, masa remajanya, yang juga terampas karena ditinggal untuk selama-lamanya oleh ayahandanya tercinta.
Di usianya yang 15 tahun, dia mendapat cobaan yang begitu besar. Meskipun sang ayah berlaku kasar dan sangat disiplin, tapi dia merasakan kehilangan yang mendalam. Sebagai anak sulung, serta-merta beban ekonomi keluarga berpindah ke pundaknya. Ia masih terlalu muda untuk menjadi tulang punggung keluarga, menghidupi ibu serta tujuh orang adiknya.
Tapi memang, cobaan dan masalah yang dia hadapi telah membuatnya lebih kuat dan tegar, dibandingkan orang yang terus senang dan tak mengalami hal-hal yang menyakitkan. Pun, cerita tentang pertemuan beliau dengan Zerlita (yang dicomblangi alm Bing Slamet), ibu dari tiga buah hatinya yang berbakat di dunia akting dan musik, Santi Sardi, Lukman Sardi, dan Ajeng Sardi. Di biografi ini juga, beliau menceritakan tentang “kegagalan berumah tangga” dengan Marini Zumarnis. Alih-alih menyalahkan orang lain, malah beliau merasa dialah yang bersalah, Dia merasa tak mampu menjaga istri dan keutuhan keluarganya dengan baik.
“Semoga biografi ini bisa bermanfaat buat negeri dan bangsa ini, juga kelak untuk cucu-cucu dan keturunan selanjutnya,” Santi Sardi. Dan memang, sejarah telah membuktikan dan juga menyaksikan sampai di usianya yang sudah 75 tahun ini, Idris Sardi, adalah nama besar dalam perjalanan musik Indonesia. Seorang jenius yang menjadi legenda hidup. Jejak langkahnya begitu panjang terserak dalam sejarah.
Judul : IDRIS SARDI, Perjalanan Maestro Biola Indonesia
Penulis : Fadli Zon
Diterbitkan : Fadli Zon Library
Cetakan Pertama : 2013
Tebal : 356 halaman
ISBN : 978-602-994458-8-1
Jenis Cover : Hard Cover
Dimensi : 24 x 30,5 cm
(Suro Prapanca)
Bandung, 18 Oktober 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 20 Oktober 2013
Belum ada Komentar untuk "Resensi Buku - IDRIS SARDI, Perjalanan Maestro Biola Indonesia "
Posting Komentar