Resensi Buku: The Geography of BLISS
Judul Resensi Buku:
KEBAHAGIAAN di Penjuru Dunia
(Resensi Buku: The Geography of Bliss) -- SUNGGUH, Eric Weiner ingin melihat dunia, terutama dengan dana dari pihak lain. Maka dia menjadi jurnalis, membawa tas punggung dan buku catatannya, lalu menjelajahi dunia. Hasilnya adalah buku The Geography of Bliss ini. Penulis membawa pembaca melanglangbuana ke berbagai negara, dari Belanda, Swiss, Bhutan, hingga Qatar, Islandia, India, dan Amerika … untuk mencari tahu apa yang membuat orang-orang di sana bahagia atau murung. Buku ini adalah campuran aneh tulisan perjalanan, psikologi, sains, dan humor.
Apakah orang-orang di Swiss lebih bahagia karena negara mereka paling demokratis di dunia? Apakah penduduk Qatar menemukan kebahagiaan di tengah gelimang dolar dari minyak mereka? Apakah Raja Bhutan seorang pengkhayal karena berinisiatif memakai indikator kebahagiaan rakyat yang disebut Gross National Happiness sebagai prioritas nasional? Kenapa penduduk Islandia, yang suhunya sangat dingin dan jauh dari mana-mana, termasuk negara yang warganya paling bahagia di dunia? Kenapa di India kebahagiaan dan kesengsaraan bisa hidup berdampingan? Ingin tahu jawabannya, coba baca lebih lanjut resensi buku ini di Best-seller Books, lalu segera dapatkan bukunya.
(Resensi buku "The Geography of Bliss" oleh Suro Prapanca tertanggal 8 November 2013) Ditulis dengan wawasan yang dalam dan kocak, buku ini membawa pembaca ke tempat-tempat yang aneh dan bertemu dengan orang-orang yang, anehnya, tampak akrab. Sebuah bacaan ringan yang sekaligus memancing intelektualitas pembaca.
Memang bukan saran yang paling mendalam. Dari seseorang bernama “Happy” yang pernah penulis jumpai dalam pengembaraannya mengelilingi dunia untuk mengetahui apa itu kebahagiaan bagi penduduk yang menempati berbagai belahan dunia ini. Namun, Happy cukup bijak mengungkap rahasianya menjadi bahagia, “Tetaplah tersenyum. Bahkan ketika Anda sedih. Tetaplah tersenyum.”
Menurut penulis, hanya orang bodoh dan seorang filsuf yang akan melakukan generalisasi mengenai ciri kebahagiaan. Penulis menyadari bahwa dirinya bukan filsuf, maka inilah yang dia katakana: Uang itu penting, tapi kurang penting dibandingkan yang kita kira dan bukan seperti yang kita kira. Keluarga itu penting. Demikian juga dengan sahabat. Rasa iri itu racun. Begitu juga berpikir yang berlebihan. Pantai itu bersifat pilihan. Tapi tidak dengan kepercayaan. Tidak pula dengan rasa syukur.
Itulah epilog yang disampaikan Eric Weiner, penulis yang telah mempelajari literatur ilmiah mengenai kebahagiaan dan menjalinnya ke dalam narasinya yang lantas dibumbui dengan sindiran yang cerdas. Penulis menyampaikan memoarnya dengan penuh wawasan, riang, dan tajam. Berdasarkan pengembaraannya berkeliling ke berbagai negara, seperti di Belanda—yang mendasarkan kebahagiaan adalah angka; Swiss; Bhutan; Qatar—yang mendasarkan kebahagiaan adalah menang lotre; Islandia; Moldova; Thailand—kebahagiaan adalah tidak berpikir; Britania Raya, India—kebahagiaan adalah kontradiksi; serta Amerika—kebahagiaan adalah rumah. Bagaimana dengan di Indonesia? Apa arti kebahagiaan bagi masyarakat Indonesia? Anda akan menemukan arti kebahagiaan, setelah Anda membaca buku ini. Selamat membaca! Resensi buku ini juga dimuat di harian Inilah Koran. (Peresensi Buku: Suro Prapanca)
Judul Buku : The Geography of BLISS
Penulis : Eric Weiner
Diterbitkan : Penerbit Qanita, PT Mizan Pustaka
Cetakan VI : Mei 2013
Tebal : 512 halaman
ISBN : 978-602-9225-27-3
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 13,5 x 20,5 cm
Kategori : Memoar
(Suro Prapanca)
Bandung, 8 November 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 17 November 2013
KEBAHAGIAAN di Penjuru Dunia
(Resensi Buku: The Geography of Bliss) -- SUNGGUH, Eric Weiner ingin melihat dunia, terutama dengan dana dari pihak lain. Maka dia menjadi jurnalis, membawa tas punggung dan buku catatannya, lalu menjelajahi dunia. Hasilnya adalah buku The Geography of Bliss ini. Penulis membawa pembaca melanglangbuana ke berbagai negara, dari Belanda, Swiss, Bhutan, hingga Qatar, Islandia, India, dan Amerika … untuk mencari tahu apa yang membuat orang-orang di sana bahagia atau murung. Buku ini adalah campuran aneh tulisan perjalanan, psikologi, sains, dan humor.
Apakah orang-orang di Swiss lebih bahagia karena negara mereka paling demokratis di dunia? Apakah penduduk Qatar menemukan kebahagiaan di tengah gelimang dolar dari minyak mereka? Apakah Raja Bhutan seorang pengkhayal karena berinisiatif memakai indikator kebahagiaan rakyat yang disebut Gross National Happiness sebagai prioritas nasional? Kenapa penduduk Islandia, yang suhunya sangat dingin dan jauh dari mana-mana, termasuk negara yang warganya paling bahagia di dunia? Kenapa di India kebahagiaan dan kesengsaraan bisa hidup berdampingan? Ingin tahu jawabannya, coba baca lebih lanjut resensi buku ini di Best-seller Books, lalu segera dapatkan bukunya.
(Resensi buku "The Geography of Bliss" oleh Suro Prapanca tertanggal 8 November 2013) Ditulis dengan wawasan yang dalam dan kocak, buku ini membawa pembaca ke tempat-tempat yang aneh dan bertemu dengan orang-orang yang, anehnya, tampak akrab. Sebuah bacaan ringan yang sekaligus memancing intelektualitas pembaca.
Memang bukan saran yang paling mendalam. Dari seseorang bernama “Happy” yang pernah penulis jumpai dalam pengembaraannya mengelilingi dunia untuk mengetahui apa itu kebahagiaan bagi penduduk yang menempati berbagai belahan dunia ini. Namun, Happy cukup bijak mengungkap rahasianya menjadi bahagia, “Tetaplah tersenyum. Bahkan ketika Anda sedih. Tetaplah tersenyum.”
Menurut penulis, hanya orang bodoh dan seorang filsuf yang akan melakukan generalisasi mengenai ciri kebahagiaan. Penulis menyadari bahwa dirinya bukan filsuf, maka inilah yang dia katakana: Uang itu penting, tapi kurang penting dibandingkan yang kita kira dan bukan seperti yang kita kira. Keluarga itu penting. Demikian juga dengan sahabat. Rasa iri itu racun. Begitu juga berpikir yang berlebihan. Pantai itu bersifat pilihan. Tapi tidak dengan kepercayaan. Tidak pula dengan rasa syukur.
Itulah epilog yang disampaikan Eric Weiner, penulis yang telah mempelajari literatur ilmiah mengenai kebahagiaan dan menjalinnya ke dalam narasinya yang lantas dibumbui dengan sindiran yang cerdas. Penulis menyampaikan memoarnya dengan penuh wawasan, riang, dan tajam. Berdasarkan pengembaraannya berkeliling ke berbagai negara, seperti di Belanda—yang mendasarkan kebahagiaan adalah angka; Swiss; Bhutan; Qatar—yang mendasarkan kebahagiaan adalah menang lotre; Islandia; Moldova; Thailand—kebahagiaan adalah tidak berpikir; Britania Raya, India—kebahagiaan adalah kontradiksi; serta Amerika—kebahagiaan adalah rumah. Bagaimana dengan di Indonesia? Apa arti kebahagiaan bagi masyarakat Indonesia? Anda akan menemukan arti kebahagiaan, setelah Anda membaca buku ini. Selamat membaca! Resensi buku ini juga dimuat di harian Inilah Koran. (Peresensi Buku: Suro Prapanca)
Judul Buku : The Geography of BLISS
Penulis : Eric Weiner
Diterbitkan : Penerbit Qanita, PT Mizan Pustaka
Cetakan VI : Mei 2013
Tebal : 512 halaman
ISBN : 978-602-9225-27-3
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 13,5 x 20,5 cm
Kategori : Memoar
(Suro Prapanca)
Bandung, 8 November 2013
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 17 November 2013
Belum ada Komentar untuk "Resensi Buku: The Geography of BLISS"
Posting Komentar