Resensi Buku - BLOKIR PORNOGRAFI
Internet Sehat, Cara Blokir Pornografi
Siang itu, matahari sudah sedikit tergelincir ke barat, tidak di atas ubun-ubun lagi. Tetapi, panasnya masih cukup menyengat bagi para pengendara motor yang terjebak kemacetan di jalan raya. Di sebuah warnet (warung internet), yang terletak dekat kawasan kompleks sekolah di Kota Bandung, menyisakan tiga bangku kosong dari sekitar 15 unit seperangkat komputer yang disediakan oleh pemiliknya.
Mereka, pelanggan warnet tersebut, rata-rata masih berseragam sekolah, ada yang abu-abu putih. Juga, ada beberapa yang berseragam biru putih. Tiap ruangan yang disekat untuk menjelajah di dunia maya (internet) ini, dijejali 2 sampai 4 anak bersama teman-temannya.
Dari obrolan yang mereka perbincangkan, ternyata mereka sedang memburu bahan-bahan untuk menyelesaikan tugas (pekerjaan rumah) yang diberikan oleh guru pelajaran yang diterima saat sekolah.
Ilustrasi tersebut --menggambarkan penggunaan internet begitu familier dengan remaja, khususnya di kota-kota besar-- mengantarkan Anda sebelum membuka dan membaca buku yang berjudul BLOKIR PORNOGRAFI ini. Buku dengan tebal 156 halaman ini mengingatkan bahwa di samping sisi positif adanya internet. Juga perlu Anda ingat, internet memiliki sisi negatif, malah mudaratnya banyak. Seperti, apa yang diberitakan pada harian Media Indonesia yang terbit pada Minggu, 4 Maret 2012. Berdasarkan survei dipublikasikan itu, Indonesia bertengger di peringkat satu dunia dalam jumlah pengunduh dan pengunggah situs porno. Ironisnya, mayoritas pengunduh tersebut masih berusia remaja, ya itu tadi, pelajar SMP dan SMA.
Jadi, masalah pornografi memang sangat mengkhawatirkan, tidak hanya merusak moral dan mental. Malah lebih berbahaya lagi bila hal itu sudah menyebabkan kecanduan. Bahaya yang dikhawatirkan tersebut juga sangat mengerikan. Misalnya, disampaikan oleh Jumri, mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Kalimantan Selatan. Dia menyampaikan, terjadi peningkatan drastis kasus seks bebas di kalangan remaja Kota Banjarmasin. Tercatat angka persalinan usia remaja melonjak dari 50 kasus pada 2010 menjadi 235 kasus pada 2011. Kasus kehamilan tidak diinginkan juga naik dari 35 kasus menjadi 220 kasus.
Itu baru di Kota Banjarmasin. Lalu, apa yang terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Medan?
Sampai-sampai, pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) pada Agustus 2010, menggulirkan kebijakan memblokir situs porno. Sayangnya, beberapa hari kemudian, timbul kecaman dari banyak pihak karena banyak situs nonporno, termasuk detik.com, yang iklannya tidak bisa muncul karena ikut terblokir. Sekalipun Menkominfo berhasil memblokir jutaan situs porno, tetapi tidak berarti internet di Indonesia terbebas dari pornografi. Bahkan, Setiap hari situs porno tumbuh berkembang dengan modus yang beragam dan menjamur, termasuk tidak melalui situs langsung, melainkan menginduk ke situs nonporno.
Ini berarti, menghindari pornografi internet tidak akan efektif bila hanya bergantung pada undang-undang dan kebijakan pemerintah. Kesadaran individu di tingkat keluarga, kantor, dan warnet barangkali akan lebih menentukan.
Bagaimana Anda melakukannya? Buku ini sangat praktis bagi siapa saja yang ingin menjauhi pornografi di internet. Sebagai petunjuk jitu menangkal pornografi di internet, khususnya untuk orang tua, guru sekolah, operator warnet, dan operator teknologi informasi sebuah kantor. Buku ini sangat mudah dipraktikkan oleh pengguna awam sekalipun, sebuah pegangan praktis untuk mengatasi masalah pornografi yang merebak di sekitar kita. Mari, kita Bangun kehidupan yang sehat dengan menjauhi pornografi.
Judul : BLOKIR PORNOGRAFI, Hidup Sehat Tanpa Pornografi
Penulis : Adi Maulana
Editor : Faiz Manshur
Penerbit : Nuansa Cendekia
Cetakan : Juni 2012
Tebal : 156 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 14,5 x 20,5 cm
Kategori : Teknologi Informatika
Bandung, 16 November 2012
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 18 November 2012
Siang itu, matahari sudah sedikit tergelincir ke barat, tidak di atas ubun-ubun lagi. Tetapi, panasnya masih cukup menyengat bagi para pengendara motor yang terjebak kemacetan di jalan raya. Di sebuah warnet (warung internet), yang terletak dekat kawasan kompleks sekolah di Kota Bandung, menyisakan tiga bangku kosong dari sekitar 15 unit seperangkat komputer yang disediakan oleh pemiliknya.
Mereka, pelanggan warnet tersebut, rata-rata masih berseragam sekolah, ada yang abu-abu putih. Juga, ada beberapa yang berseragam biru putih. Tiap ruangan yang disekat untuk menjelajah di dunia maya (internet) ini, dijejali 2 sampai 4 anak bersama teman-temannya.
Dari obrolan yang mereka perbincangkan, ternyata mereka sedang memburu bahan-bahan untuk menyelesaikan tugas (pekerjaan rumah) yang diberikan oleh guru pelajaran yang diterima saat sekolah.
Ilustrasi tersebut --menggambarkan penggunaan internet begitu familier dengan remaja, khususnya di kota-kota besar-- mengantarkan Anda sebelum membuka dan membaca buku yang berjudul BLOKIR PORNOGRAFI ini. Buku dengan tebal 156 halaman ini mengingatkan bahwa di samping sisi positif adanya internet. Juga perlu Anda ingat, internet memiliki sisi negatif, malah mudaratnya banyak. Seperti, apa yang diberitakan pada harian Media Indonesia yang terbit pada Minggu, 4 Maret 2012. Berdasarkan survei dipublikasikan itu, Indonesia bertengger di peringkat satu dunia dalam jumlah pengunduh dan pengunggah situs porno. Ironisnya, mayoritas pengunduh tersebut masih berusia remaja, ya itu tadi, pelajar SMP dan SMA.
Jadi, masalah pornografi memang sangat mengkhawatirkan, tidak hanya merusak moral dan mental. Malah lebih berbahaya lagi bila hal itu sudah menyebabkan kecanduan. Bahaya yang dikhawatirkan tersebut juga sangat mengerikan. Misalnya, disampaikan oleh Jumri, mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Kalimantan Selatan. Dia menyampaikan, terjadi peningkatan drastis kasus seks bebas di kalangan remaja Kota Banjarmasin. Tercatat angka persalinan usia remaja melonjak dari 50 kasus pada 2010 menjadi 235 kasus pada 2011. Kasus kehamilan tidak diinginkan juga naik dari 35 kasus menjadi 220 kasus.
Itu baru di Kota Banjarmasin. Lalu, apa yang terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Medan?
Sampai-sampai, pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) pada Agustus 2010, menggulirkan kebijakan memblokir situs porno. Sayangnya, beberapa hari kemudian, timbul kecaman dari banyak pihak karena banyak situs nonporno, termasuk detik.com, yang iklannya tidak bisa muncul karena ikut terblokir. Sekalipun Menkominfo berhasil memblokir jutaan situs porno, tetapi tidak berarti internet di Indonesia terbebas dari pornografi. Bahkan, Setiap hari situs porno tumbuh berkembang dengan modus yang beragam dan menjamur, termasuk tidak melalui situs langsung, melainkan menginduk ke situs nonporno.
Ini berarti, menghindari pornografi internet tidak akan efektif bila hanya bergantung pada undang-undang dan kebijakan pemerintah. Kesadaran individu di tingkat keluarga, kantor, dan warnet barangkali akan lebih menentukan.
Bagaimana Anda melakukannya? Buku ini sangat praktis bagi siapa saja yang ingin menjauhi pornografi di internet. Sebagai petunjuk jitu menangkal pornografi di internet, khususnya untuk orang tua, guru sekolah, operator warnet, dan operator teknologi informasi sebuah kantor. Buku ini sangat mudah dipraktikkan oleh pengguna awam sekalipun, sebuah pegangan praktis untuk mengatasi masalah pornografi yang merebak di sekitar kita. Mari, kita Bangun kehidupan yang sehat dengan menjauhi pornografi.
Judul : BLOKIR PORNOGRAFI, Hidup Sehat Tanpa Pornografi
Penulis : Adi Maulana
Editor : Faiz Manshur
Penerbit : Nuansa Cendekia
Cetakan : Juni 2012
Tebal : 156 halaman
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi : 14,5 x 20,5 cm
Kategori : Teknologi Informatika
Bandung, 16 November 2012
Dimuat juga di INILAHKORAN, Minggu 18 November 2012
Belum ada Komentar untuk "Resensi Buku - BLOKIR PORNOGRAFI"
Posting Komentar